Pada hari Kamis, 22 Desember 1949 M saya sampai di Singapura
untuk menggantikan Maulana Ghulam Chusain Iyaz (yang sudah 16 tahun
tinggal di sana), sebelum Maulana Iyaz pulang lebih dahulu beliau pergi ke
Jiram dalam kerajaan Selangor dan dapat berhasil mendirikan cabang
Ahmadiyah di sana.
Sejak Jamaah Ahmadiyah berdiri di sana, berbagai macam fitnah
telah dikemukakan oleh sebagian Ulama di sana. Guna menghilangkan
fitnah-fitnah itu pada 25 Mei 1951 M Tuan Sayyid Abdur Rahman bin
Ayyid Alawi ketua Jamaah Ahmadiyah di Jiram telah mempersembahkan
sepucuk surat permohonan kepada Kebawah Dule Yang Maha mulia
Tuanku Sultan Selangor supaya diadakan penyelidikan tentang keadaan
Ahmadiyah. Kebawah Dule yang Maha Mulia Tuanku Sultan bermurah hati
sehingga pada 23 Juli 1951 M diadakan Majlis Bahasan di hadapan
Kebawah Dule yang mulia di istana Selangor di Kualalumpur dan Kebawah
Dule yang Maha Mulia sendiri yang menjadi Pimpinan dalam Majlis itu.
Dalam Majlis tersebut saya dan Tuan Muhammad Zuhdi Fadhli Al-
Fadhil berada di pihak Ahmadiyah sedang Tuan Syaikhul-Islam Mahmud
Zuhdi dan para Ulama Pejabat agama berada di pihak lain, maka terjadilah
dialog hingga 2 jam 30 menit lamanya.
Dengan karunia Allah ta’ala semua pertanyaan yang dikemukakan
oleh para Ulama Selangor dapat dijawab dan para Ulama tidak dapat
membantahnya, bahkan ketika Kebawah Dule yang maha mulia Sultan
Selangor bertanya tentang arti Khataman-nabiyyin dan lain-lainnya yang
saya kemukakan dari kitab Al-Yawaqitu Wal-Jawahir karangan Imam
Abdul Wahhab Asy-Sya’rani, maka Syaikhul-Islam yang dihormati dengan
sangat jujur telah menyatakan benarnya arti itu, karena arti itu kata beliau
telah tersebut dalam kitab yang dikarang oleh seorang Imam yang
bermadzhab kepada Asy-Syafi’i. Akan tetapi Tuan Syaikhul-Islam
mengajukan 5 pertanyaan lagi dan meminta supaya dijawab dengan tertulis
dan untuk menjawab pertanyaan itu telah ditetapkan waktu 14 hari.
Jawaban dari 5 pertanyaan itu akan diterima beliau, lalu beliau akan
mengadakan penelitihan berkenaan dengan jawaban itu untuk disampaikan
kepada Kebawah Dule yang maha mulia Tuanku Sultan Selangor dalam
waktu 14 hari juga. Setelah menerima keterangan dari Syaikhul-Islam
barulah yang mulia Tuanku Sultan akan menetapkan hari untuk
menyelenggarakan pembahasan yang kedua kalinya agar dalam
pembahasan ke dua akan dapat diambil keputusan yang terakhir berkenaan
dengan Ahmadiyah.
Pada saat itu juga, saya mohon kepada Kebawah Dule yang maha
mulia Tuanku Sultan agar ditetapkan hari untuk pembahasan yang kedua
lebih dulu, akan tetapi para Ulama tidak setuju.
Pertanyaan-pertanyaan apakah dari Syaikhul-Islam Mahmud Zuhdi
yang dihormati itu? Silakan perhatikan pertanyaan berikut ini:
1. Apakah kepercayaan dan I’tiqad Ahmadiyah itu?
2. Apakah perselisihan dengan orang lain?
3. Apakah dakwa Hadhrat Ahmad ‘alaihis salam?
4. Apakah mu’jizat beliau?
5. Bagaimana tarikh hidup beliau yang pendek.
Semua pertanyaan telah dijawab dan dikirimkan sebelum 6 Agustus
1951 M (Silakan membaca karangan itu dalam kitab ini).
Hendaknya Pejabat agama Selangor menjawab atau membantah
keterangan-keterangan Ahmadiyah kalau dianggap salah dalam waktu 14
hari pula, yaitu sampai 20 Agustus 1951 M. Akan tetapi kita tidak
mendapatkan kabar apa-apa. Tatkala ditanyakan, maka pada bulan
November 1951 M, kami mendapatkan jawaban dari Pejabat agama bahwa
tidak perlu diadakan pembahasan lagi.
Kami sudah mengetahui bahwa para Ulama Selangor tidak akan
berani membahas lagi dan mereka tidak akan sanggup menentang
Ahmadiyah dengan keterangan. Di samping itu, Syaikhul-Islam Mahmud
Zuhdi yang dihormati telah diberhentikan dan Tuan Haji Yusuf menjadi
Mufti. Oleh karena beliau baru menjabat sebagai Mufti, tentu hendak
memperlihatkan kehebatannya (kuku besinya) kepada para pengikutnya, maka
ia menetapkan bahwa Ahmadiyah itu sebagai mangsanya.
Pada akhir tahun 1953 M, saya pergi ke Jiram hendak menamatkan
terjemahan Al-Quranul-Majid dalam bahasa Melayu, tiba-tiba mendapat
kabar bahwa kami orang-orang Ahmadiyah di Jiram dipanggil ke Istana di
Kualalumpur. Apa maksudnya? Tidak pasti bagi kami, kami mengira
dipanggil untuk berdialog dengan Ulama sekali lagi.
Menurut Perintah, pada 15 Desember 1953 M, kami orang-orang
Ahmadiyah supaya datang di Istana, tepat pukul 10 Tuanku Yang Mulia
Sultan Selangor telah bersemayam di hadapan hadirin. Yang pertama
berdiri adalah Haji Yusuf, Mufti Kerajaan Selangor, setelah menerangkan
beberapa perkara yang tidak tersusun di antaranya ada pula beberapa
perkara yang tidak benar.
Kemudian setelah itu, berdirilah Haji Ismail. Mula-mula membaca
surat yang telah ditulis lebih dulu, setelah selesai membaca surat itu dia
mulai membaca lagi satu kitab yang disiarkan oleh … di Singapura. Tatkala
Haji itu sudah duduk, berdirilah Haji Abdul Karim dari Sungkaya sehingga
habislah waktu 2 jam lamanya.
Kebawah Dule yang maha mulia bertanya: “Apakah ada lagi orang
yang hendak bercakap-cakap? “Tak ada” Kata A Fatih Akhir.
Lalu Kebawah Dule yang maha mulia dengan kemurahan hatinya
bertitah kepada saya untuk berdiri dan menjawab.
Mendengar titah itu saya berdiri, akan tetapi A Fatih Akhir dari
kanan dan Haji Ismail dari kiri telah menyembah kepada Kebawah Dule
yang maha mulia: “Tidak ada gunanya, Tuanku! Tidak ada gunanya,
Tuanku!”.
“Tidak! Tidak, dengarlah! Boleh jadi ada keterangan kamu yang
salah”. Sabda tuanku yang maha mulia kepada kedua orang itu.
Keadaan Ulama di Istana sangat mengherankan kami, karena di
antara 3 Ulama yang telah bercakap-cakap itu tidak seorang pun yang sejak
mula berkhuthbah atau bercakap-cakap dengan membaca “Basmalah atau
Syahadatain, tidak ada!. Jadi, tatkala saya berdiri saya membaca 2 kalimah
Syahadat, Ta’awwudz dan Al-Fatehah lebih dulu, setelah itu barulah saya
mulai menjawab keterangan 3 Ulama itu,
saya katakan:
1) Tuanku yang maha mulia dan tuan-tuan yang terhorat! Rapat Ulama
ini satu rapat yang ganjil sekali, belum pernah ada rapat Ulama yang
semacam ini, yaitu para Ulama sudah mengkafirkan dan
memurtadkan kami, sebelum mendengar keterangan-keterangan dari
kami.
2) Hadhrat Ahmad ‘alaihis salam telah mengarang lebih dari 80 buah
kitab, di antara Ulama ini tidak ada satu pun yang pernah membaca
satu buah pun kitab beliau, akan tetapi berani menyesatkan
Ahmadiyah. Jadi, sebelum menyelidiki Ahmadiyah, mereka lebih
dulu telah mengafirkannya.
3) Ada seorang Alim berkata bahwa utusan Ahmadiyah itu gila, akan
tetapi sudah pernahkah tuanku yang maha mulia memanggil seorang
gila untuk berdialog dengan Ulama dan sudah pernahkah orang yang
berakal itu hendak berdialog dengan orang gila itu?
4) Tuanku yang maha mulia!!! Semua Ulama yang duduk di Majlis ini
bermadzhab kepada Imam Syafi’i, padahal menurut fatwa Imam Abu
Hanifah dan Imam Syafi’I:
Orang yang melakukan shalat dengan menghadap kepada Kiblat
tidak boleh dikafirkan (Al-Fatawa Al-CHaditsiyah, hal. 168).5) Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah
bersabda:
Siapa yang shalat seperti shalat kita, berkiblat pada Kiblat kita
dan memakan sesembelihan kita, maka ia adalah seorang muslim
yang mempunyai jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kalian mengecoh Allah dalam hal jaminan-Nya (Al-Bukhari).
Berarti berdasarkan fatwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan fatwa Imam Syafi’i mereka itu tidak berhak mengafirkan kita
Ahmadiyah, karena semua perkara yang disebutkan dalam Hadis Nabi dan
fatwa Imam Syafi’I itu ada pada Ahmadiyah.
6) Haji Ismail berkata bahwa Ahmadiyah mengakui Mirza Ghulam
Ahmad sebagai anak Allah. Perkataannya itu tidak benar sama
sekali, kalau Haji dapat menunjukkan pengakuan itu dari kitab
Ahmadiyah, kita orang Ahmadiyah akan bertobat pada hari ini juga.
Akan tetapi Haji itu tidak akan dapat memperlihatkan pengakuan
Ahmadiyah yang semacam itu dari kitab-kitab Ahmadiyah. Kalau
dapat saya akan memberikan hadiah 10 ringgit kepada Haji itu.
7) Haji itu berkata lagi bahwa Jamaah Ahmadiyah percaya bahwa
Mirza Ghulam Ahmad itu lebih afdhal daripada Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saya jawab: Ini pun perkataan yang tidak benar, bahkan tuduhan
yang dusta semata-mata. Kalau Haji itu sanggup memperlihatkan
pengakuan itu dari kitab-kitab Ahmadiyah saya bersedia menjadi murid
Haji itu.
Saya berbicara baru sampai di sini saja, maka para Ulama ribut,
meskipun Tuanku yang Maha Mulia berkali-kali menyabarkan Ulama itu,
akan tetapi para Ulama bersama A Fatih Akhir tidak juga mau bersabar dan
tidak mau mendengar bantahan kami dan oleh karena ribut, maka sebagian
Ulama itu nampak seperti budak-budak kecil yang tidak tahu aturan Majlis
di Raja lagi.
Melihat keadaan yang demikian Tuanku yang maha mulia berkata
kepada orang-orang Ahmadiyah: “Aku tidak boleh ikut kamu karena kamu
sedikit”.
“Tuanku yang maha mulia! Dalam hal agama kita tidak boleh
melihat kepada yang banyak atau kepada yang sedikit, kita perlu ikut
kepada firman Allah dalam Al-Quran dan sabda-sabda Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam” sembah saya.
Akhirnya terbuktilah bahwa para Ulama itu tidak takut kepada Allah,
buktinya mereka telah menjatuhkan kafir kepada Ahmadiyah tanpa
berdasarkan dalil apa pun, selain dari dengki dan hasud, inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un. Dalam majlis itu juga Haji Ismail berkata: “Kalau Tuanku
yang maha mulia membiarkan orang-orang Ahmadiyah di negeri ini, rakyat
Selangor akan habis masuk Qadiyaniyah dan boleh jadi Tuanku pun masuk
Qadiyani”.
Perkataan ini menyatakan bahwa Ahmadiyah mempunyai kekuatan
ruhani dan mempunyai kebenaran. Itulah sebabnya Ulama takut mendengar
nama Ahmadiyah dan mengadakan berbagai macam fitnah. Haji Ismail
berkata lagi bahwasanya Ahmadiyah mempunyai hubungan yang solid
dengan orang-orang Kristen.
Saya jawab: Menurut pikiran saya Haji Ismail bukan seorang yang
gila. Jadi, Haji itu berani mengeluarkan perkataan begitu di hadapan
Tuanku yang maha mulia Sultan dan Ulama yang baik tentu karena
mempunyai alasan. Maka kita minta Haji itu mengemukakan alasan kepada
halayak, supaya orang-orang ramai ini dapat mengetahui alasan itu. Kalau
Haji itu tidak dapat menunjukkan alasan apa-apa, maka sudah pasti setiap
orang yang berakal akan yakin bahwa akal Haji itu tidak cukup atau dia
pendusta besar.
Adapun saya sebagai utusan Ahmadiyah yakin bahwa Ahmadiyah
tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan orang-orang Kristen, kecuali
satu, yaitu kami orang-orang Ahmadiyah sedang berusaha untuk
menyatakan batalnya agama Kristen dengan keterangan-keterangan yang
ada dalam kitab-kitab mereka, Injil dan Taurat sendiri. Ini sajalah hubungan
Ahmadiyah dengan orang-orang Kristen. Kalau hubungan ini tidak disukai
oleh Haji itu, apa boleh buat! Ahmadiyah tidak akan berhenti dari usahanya
dan tidak akan sabar sebelum agama Kristen itu dapat dikalahkan dengan
keterangan-keterangan dan doa-doa kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Kalau Haji itu mengatakan bahwa hubungan solid Ahmadiyah
dengan Kristen yang disebutkannya berlainan dengan apa yang saya
kemukakan, maka kami minta agar dia mengemukakannya. Apa gunanya
dia menyembunyikannya hingga sekarang?
Kalau Haji itu tidak mengemukakan alasan yang nyata, maka
terbuktilah bagi semua orang yang jujur bahwa keterangan Haji itu tidak
lebih dari “Omong kosong belaka” dan kami sekarang juga
memberitahukan kepada pembaca yang terhormat bahwa Haji itu tidak
mempunyai alasan apa-apa dan tuduhannya pun hanya dusta semata.
Saya tidak dapat mengatakan apa-apa, kecuali saya minta kepada
Haji itu supaya lain kali jangan berdusta lagi dan perlu dia selalu ingat
kepada gelarnya “Haji” yang sangat baik itu.
Pada 15 Desember itu juga, Tuan Haji Abdul Karim Sangkai berkata
di hadapan Kebawah Dule yang maha mulia dan Ulama Selangor bahwa
Ulama umat Islam sudah ijma’ bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam masih hidup
di langit.
Perkataan itu tidak mengandung kebenaran sedikit pun juga. Tidak
ada seorang Alim pun yang berkata begitu, kecuali Haji Abdul Karim atau
orang yang seperti dia itu.
Tatkala perkataan itu dikeluarkan oleh Haji itu, saya tidak diizinkan
lagi berbicara. Kalau saya diberi waktu untuk berbicara tentu Haji itu dapat
memahami apakah perkataan itu benar atau batil belaka.
Setelah pulang ke Singapura, saya kirim sepucuk surat register
kepada Haji itu supaya dia bersedia tampil ke muka untuk berdialog dengan
Ahmadiyah, akan tetapi dia berdiam diri seolah-olah tidak berjiwa lagi.
Kalau dia yakin bahwa semua fatwanya yang telah dia keluarkan di Istana
itu benar, mengapa pula dia sangat takut berhadapan dengan Ahmadiyah?
Adalah seorang India yang sudah pernah berbicara di dalam Majlis
negeri Selangor bahwa kalau utusan-utusan Ahmadiyah dibiarkan di negeri
ini umat boleh jadi timbul pemberontakan dan melakukan pertumpahan
darah yang dahsyat
Semua rakyat Selangor mengetahui bahwa orang-orang Ahmadiyah
di Selangor masih sedikit sekali, itu pun orang-orang miskin. Maka tidak
dapat diterima oleh orang yang berakal bahwa orang-orang Ahmadiyah
akan suka mengadakan fitnah yang semacam ini, apalagi pengajaran
Ahmadiyah mewajibkan kepada para pengikutnya supaya mengikuti dan
mentaati orang-orang di negeri asal kerajaan negeri yang memberi
kemerdekaan dalam hal agama. Kalau sekiranya ada kerajaan yang berlaku
aniaya dan melakukan paksaan, maka orang Ahmadiyah disuruh pindah
saja dari negri itu ke negeri lain, akan tetapi mengadakan huru-hara tidak
diizinkan. Maka melihat keadaan orang-orang Ahmadiyah dan melihat
pengajaran Ahmadiyah tidak boleh disangka bahwa orang-orang
Ahmadiyah akan berniat berontak atau mengadakan huru-hara.
Boleh jadi, Ayis ayah Aim Ali Marikar itu berkata: “Orang-orang
sangat membenci Ahmadiyah, oleh karena adanya Ahmadiyah di Selangor
ini rakyat akan berontak kepada kerajaan negeri dan akan rebut”.
Saya jawab: Orang-orang berakal tidak akan membenci Ahmadiyah
karena tidak ada satu pun pada Ahmadiyah yang dapat menimbulkan
kebencian sedikit juga.
-Ahmadiyah meninggikan nama Allah Yang Maha Esa di Negara
musyrik sekali pun.
-Ahmadiyah meninggikan nama Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam di mana-mana.
-Ahmadiyah menyiarkan Al-Quran di kalangan berbagai macam
bangsa.
-Ahmadiyah membangun rumah-rumah Allah (masjid) di tempat
yang belum mengenal Tuhan.
-Ahmadiyah mengirim para utusannya untuk memajukan Islam ke
seluruh dunia.
Apakah ini yang menimbulkan kebencian di hati rakyat Selangor???
Saya tidak percaya!!! Tidak ada seorang pun yang berakal dapat percaya!!
Memang ada orang yang membenci Ahmadiyah, akan tetapi kebencian itu
ditimbulkan oleh para Ulama yang suka berdusta dan suka melemparkan
tuduhan-tuduhan yang kotor kepada Ahmadiyah, umpamanya:
• Ahmadiyah percaya bahwa ada Nabi baru agama baru
• Ahmadiyah percaya bahwa Hadhrat Ahmad ‘alaihis salam anak
Allah.
• Ahmadiyah percaya bahwa Hadhrat Ahmad lebih afdhal daripada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
• Ahmadiyah percaya bahwa Al-Quran itu 40 atau 31 Juz.
• Ahmadiyah percaya bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bukan Khataman-Nabiyyin.
• Ahmadiyah tidak mengucapkan dua kalimah syahadat:
• Ahmadiyah tidak menghadap ke Kiblat, tapi menghadap ke India
kalau shalat
• Ahmadiyah tidak shalat 5 waktu sehari semalam, tapi hanya 3
waktu saja.
• Ahmadiyah tidak naik Haji ke Mekkah, tapi naik Haji ke
Qadiyan.
• Ahmadiyah tidak memandikan mayitnya dan tidak mengerjakan
shalat janazah dll.
Tuduhan-tuduhan yang dusta semacam inilah yang menimbulkan
kebencian di hati orang-orang Islam terhadap Ahmadiyah dan menimbulkan
huru-hara, pada hal Ahmadiyah terlepas dari semua tuduhan itu. Maka
orang-orang yang mengadakan tuduhan-tuduhan yang dusta semacam itulah
yang salah, bukan Ahmadiyah yang salah.
Jadi, kalau kerajaan Selangor mau supaya negerinya aman, maka
perlu dihukum semua orang yang dusta. Selama pendusta itu mendapat
kesempatan untuk menaburkan fitnah-fitnah, maka rakyat akan terganggu
dan keselamatan Negara dalam keadaan bahaya.
Agar diketahui oleh rakyat Selangor pada umumnya, siapakah yang
pendusta dan siapakah yang benar, maka saya serukan kepada semua
Ulama, Pejabat Agama Selangor, mulai dari Muftinya sampai Haji
Ismailnya yang pada 15 Desember 1953 M telah menjatuhkan fatwa kafir
dan murtad kepada Ahmadiyah. Marilah kita membahas dengan peraturan
yang cukup! Ahmadiyah senantiasa bersedia untuk mengahadapi Tuantuan.
Kalau tidak mau membahas, marilah kita bermubahalah dengan
segala peraturannya. Mubahalah artinya: “Kedua belah pihak bersama-sama
berdoa kepada Allah ta’ala dengan sungguh-sungguh supaya pihak
pendusta itu dilaknat (dikutuk) oleh-Nya”.
Setelah mubahalah, menurut Hadis Nabi perlu kita menunggu
sampai 1 tahun lamanya. Dalam 1 tahun itu akan dinyatakan oleh Allah
ta’ala siapakah yang pendusta di antara kedua belah pihak.
Beranikah para Ulama Selangor bermubahalah???
Kalau para Ulama Selangor tersebut tidak mau membahas dan tidak
mau bermubahalah, maka setiap orang berakal akan dapat mengetahui
bahwa fatwa Ulama hanya berdasar kepada hawa nafsu saja. La haula wala
quwwata illa billahil-‘aliyil-‘azhim.
Dalam keterangannya di dalam Majlis negeri Selangor Ayis Ayah
Ima Ali Merikar menyebutkan pula bahwa Jamaat Ahmadiyah menarik
orang-orang kedalam Ahmadiyah dengan cara membagi-bagikan uang
kepada mereka.
Keterangan ini dusta semata, tidak ada buktinya. Apakah Ali
Marikar mengira bahwa dusta itu sebagai tanda bagi seorang mukmin?
Kalau tidak, tunjukkanlah buktinya! Berkenaan dengan keterangannya, kita
telah mengirimkan surat register kepadanya, tetapi dia membisu. Surat itu
diregisterkan oleh Tuan Ayip Ima Quraisy pada 17 April 1954 M.
Pada akhirnya, kita mengucapkan banyak terima kasih kepada
Kebawah Dule yang maha mulia Sultan Selangor yang telah berlaku adil
dan sudi melindungi rakyatnya yang dicabirkan (cemarkan) oleh para
Ulama zhalim yang mengikuti hawa nafsunya. Perlu saya memberitahukan
kepada saudara-saudara muslimin Selangor bahwa Ahmadiyah satu pohon
yang telah ditanam oleh Allah ta’ala untuk memberikan buah-buahan ruhani
yang lezat kepada manusia. Siapa saja yang memakan buah-buahan itu akan
cinta kepada Allah, akan mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan akan mencintai kitab suci Al-Quranul-Majid dan akan mendapat
rahmat Tuhan di dunia dan di Akhirat.
Sebagian orang zhalim dapat menumpahkan darah beberapa orang
Ahmadiyah, dapat merampas harta orang Ahmadiyah dan dapat juga
mengusir orang-orang Ahmadiyah dari kampungnya, akan tetapi
Ahmadiyah tidak dapat dibunuh dan Ahmadiyah tidak dapat diusir, karena
kebenaran itu bibit yang berakar di hati manusia dan ditanam oleh para
malaikat atas perintah Tuhan, tidak ada yang sanggup mencabutnya dan
tidak ada yang sanggup menghapuskannya, tiap-tiap tetes darah orang
Ahmadiyah akan menyiram kebenaran itu dan tiap-tiap kezhaliman dan
kekotoran musuh yang dilemparkan kepada Ahmadiyah akan menjadi
pupuk untuk menyuburkannya, insya Allah.
Walaupun topan dari bermacam-macam fitnah bertiup, walaupun
sebagian Ulama yang zhalim menyerang Ahmadiyah bila sewaktu waktu
ada kesempatan, namun saudara-saudara kita Ahmadiyah di Selangor yang
dipimpin Tuan Sayyid Abdur Rahman bin Sayyid Alawi B I, 20 Di Jiram
akan tetap bertahan dan selalu berdoa: “Wahai Tuhan! Majukanlah
kebenaran dan hapuskanlah semua kedustaan dan fitnah! Amin Ya Rabbal-
‘alamin.
>>>>>>>>
Sumber
Buku PENERANGAN AHMADIYAH, karya Maulana Muhammad
Shadiq bin Barkatullah Al-Mubasysyir Al-Islamiy Al-Ahmadiy dari Tulisan Arab
bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan keputusan rapat Pengurus
Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Ahad, 18 Desember 2005 di Bandung; buku
itu diberikan kepada saya di Villa Palem Garden Bogor, pada hari Ahad, 5
Februari 2006 dan baru dapat saya kerjakan mulai Senin, 27 Februari 2006 M.
Buku ini bernuansa tanggapan dari beberapa buku yang berisi fitnah dan
serangan terhadap Ahmadiyah di samping berisi dokumentasi Dialog antara
Ahmadiyah dengan para Ulama Kerajaan Selangor, Malysia yang dipimpin Sultan
pada 23 Juli 1951 M. Sehingga buku ini merupakan sumber penerangan Islam dan
Ahmadiyah bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran. Teristimewa dalam
masalah Kenabian yang baru dapat difahami oleh golongan intelektual menengah
keaatas.
Yogyakarta, 6 April 2007
Abdul Rozzaq
diharapkan artikel ini akan membuka minda masyarakat jgn hanya berpandukan fatwa yang telah dikeluarkan tanpa mengetahui hal sebenar..artikel ini dapat dijadikan respon terhadap Fatwa yang telah diedarkan dan hanya di COPY & PASTE oleh masyarakat kita. semoga Allah swt memberikan kita semua hidayah
ReplyDelete